Friday 20 July 2012

Sejarah Kemunculan Air Zam-Zam Di Muka Bumi



Lokasi letaknya telaga Zam-zam dan ukuran kedalamannya

Disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, dari hadis Ibnu ‘Abbas : "Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan isterinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Kaabah di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorang pun di Makkah melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam meletakkan kantung berisi kurma dan air, beliau pun berganjak pergi. Namun, Hajar mengikutinya sambil berkata : "Wahai Ibrahim, ke manakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain atau yang lainnya?".

Pertanyaan itu diulangi berterusan tetapi Nabi Ibrahim tidak melihat kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya : "Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?"
"Ya" jawab Nabi Ibrahim.

"Jika begitu, Allah tidak akan menyusahkan kami" seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di Tsaniyah - jalan perbukitan, arah jalan ke Kada`. Rasulullah ketika memasuki Makkah juga melewati jalan tersebut - dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya lantas berdoa : "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan solat. Maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka, dan berilah rezeki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" [Surah Ibrahim, ayat 37]


Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantung air tersebut. Hingga akhirnya air itu pun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, kerana terus menangis. Dia pun pergi untuk mencari sumber air kerana tidak sanggup melihat anaknya kehausan.


Pergilah dia menuju bukit terdekat iaitu bukit Safa dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada orang di sana. Akan tetapi, nyata tidak ada orang.

Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwah. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana tetapi ternyata tidak ada juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.

Ketika berada di atas bukit Marwah, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri : "Diam!". Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata : "Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?"


Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibrail 'Alaihissalam yang mengais-ngais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka, keluarlah darinya pancaran air.


Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diceduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diceduk, air tersebut semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada anaknya, Ismail. Lalu Malaikat Jibrail berkata kepadanya : "Jangan takut terbiar. Sesungguhnya di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan membiarkan hambanya"


Selang beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari qabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun kerana melihat burung-burung yang berputar-putar. Mereka berkata : "Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air" lalu mereka mengirim utusan. Ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itu pun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Mereka pun kemudian mendatanginya dan meminta izin dari Ummu Ismail [Siti Hajar] bahawa mereka akan bertandang ke sana. Ummu Ismail pun mempersilakan dengan syarat, bahawa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut dan qabilah Jurhum pun bersetuju"